July 30, 2015

The Marbabo Goes To: Macao

What is the Zonk of Day 4*? Banyak! Hahaha... tapi satu hal paling kocak: ada lah seseorang yang lepas sol sepatunya dan ga punya permen menthos (apalagi lem alteco) jadi nggak bisa sok cool dan malah berujung mencopot sendiri sol sepatu yang sebelah! HAHAHA. 

*Zonk of Day 1: The Not-So-Spectaculer Symphony of Lights
Zonk of Day 2: The $5 Future-Teller Machine
Zonk of Day 3: The Whole Day!


DAY 4. JULY 19. MACAO.
Kata orang, ke Hong Kong nggak afdhol kalau nggak ke Macau. So, we went there.

Macau (Macao) dan Hong Kong adalah dua daerah administratif khusus (special administrative region) yang masih termasuk wilayah kedaulatan Republik Rakyat China. Macau ini pernah lama dijajah oleh Bangsa Portugis, jadi sekilas terlihat lebih Italia daripada China-nya. Bangunan-bangunannya bergaya art deco seperti bangunan Portugal pada umumnya. Mereka menerima dollar Hong Kong (HKD) dan yuan China, tapi Macau juga punya mata uang sendiri yaitu Macaunese Pataca (MOP).

Highlight: reruntuhan gereja Santo Paul

Another highlight: lokasi syuting drama Korea populer "Boys Before Flowers"

Hal utama yang paling atraktif dari Macau adalah kasino dan hotelnya. Macau menjadi "mega-resort and casino center" dan tercatat menjadi new gambling resort capital of the world karena memiliki 5 dari 10 casino resorts terbesar di dunia. Backpacker macam kami ini manalah mungkin sanggup duduk berhadapan dengan para kaum berduit di kasino itu, jadi jangan lagi tanyakan apa kami menyempatkan diri berjudi di Macau.



Hanya Macau yang mampu mengalahkan Las Vegas dalam hal luas area kasino

Macau dapat ditempuh dengan ber-ferry dari HK-Macau Terminal atau China Ferry Terminal. Kami memilih opsi yang pertama, ditempuh dengan MTR menuju Shueng Wan St. lalu exit ke IFC Towers untuk membeli tiket ferry di lantai 3. Menurut banyak sumber, harga tiketnya bervariasi tergantung waktu (pagi-malam) dan hari (weekday/weekend) pembelian. Nyatanya memang tidak ada harga yang pasti untuk tiket ferry ini, puji Tuhan sih kami diberikan diskon dari harga yang tertera di tiket.

Mengantri menuju feri penyeberangan HK-MCO

Dari terminal feri Macau, kami langsung kebingungan. Kenapa? Pertama, karena kami tidak mengaktifkan free roaming lebih dulu sewaktu masih di Hong Kong sehingga tidak bisa internetan! Terminal feri kan jelas berbeda dengan bandara yang wi-fi-nya maknyus. Beneran lho readers, aku kali ini sangat menyarankan teman-teman untuk selalu menyusun itinerary sematang mungkin, jangan seperti kami yang seketika jadi 'bodoh' setibanya (dan selama) di Macau. Awalnya kami berencana menuju ke Fisherman's Market karena melihat lokasinya yang dekat dari terminal feri. Tapi karena tidak tahu harus menggunakan transportasi apa, atau harus berjalan kaki ke arah mana, kami pun batal kesana. Sayang sekali, padahal Bang Jona ingin sekali ke tempat wisata yang berbentuk mirip Colosseum ini. Setelah bertanya kesana-kemari, kami akhirnya tahu bagaimana cara menuju The Venetian.

Jalanan sepi kendaraan~

Bagaimana cara terbaik menuju The Venetian? Menumpang shuttle bis milik hotel! Hahaha. Awalnya kupikir ini adalah alat transportasi yang 'konyol' apalagi jika kita sebenarnya tidak menginap di hotel tersebut. Eh, usut punya usut... ya memang shuttle-lah transportasi utama para backpacker gembel jika tidak ingin mengeluarkan uang untuk sewa taksi.

Macau Tower dilihat dari dalam shuttle bus menuju The Venetian

Bukan hotel, mall, kasino, ataupun indahnya replika kanal + gondola Venice yang membuat kami tertarik menjajal The Venetian, tapi justru 'sejarah'-nya sebagai lokasi syuting Boys Before Flowers! Hahaha Kak Yola memang unik. Aku sendiri puas mencuci mata di sini: patung singa ala St. Mark Square, langit-langit berdesain megah yang semakin diperindah dengan cahaya lampu kuning, ah... indah banget! Tentunya akan semakin indah jika jumlah wisatawan di sekitar kami tidak seramai ini. Hahaha. Sumuk banget deh, berbagai bangsa dari penjuru bumi campur aduk di bangunan mewah ini.

Look at the ceiling!

Replika kanal dan gondola khas Venice

Kami memutuskan untuk makan siang di sini saja daripada berpusing-pusing ria lagi mencari rumah makan. Area foodcourt di dalam Venetian juga tidak kalah ramai dipenuhi orang. Riuh! Kami sampai susah mencari meja kosong untuk 5 orang.

Foodcourt

Kejadian kocak disini? Tentunya nggak jauh-jauh dari kelakuan makhluk-makhluk ini saat pengen difoto! "Man, cok fotokan dulu aku disini!"; "Lin aku maulah pose kayak artis-artis gitu!"; "Bentar dulu, wee, biar lewat dulu inang ini!"; "Pokoknya aku mau foto loncat dengan ketinggian 4,367 mdpl ya, harus bisa kau cekrekan awak!" HAHAHAHA... Oh ya, dan kalimat pamungkas: "Selfie dulu kita yok!" Semoga tidak ada diantara readers yang saat itu melihat kelakuan minus kami yah. Aamiin.


Geum Jan Di. Impor dari Indonesia.

Makan siang, sudah. Narsis, sudah. Perjalanan lanjut lagi. Kami memutuskan untuk langsung menuju The Ruins of St. Paul. Dari hasil 'nyolong' Wi-Fi di Venetian, Bang Jona mengarahkan kami masuk-keluar gedung mall/hotel sebelah untuk mencari shuttle gratis dengan rute ke Senado Square. Lumayan deh, kami bisa cuci mata melihat betapa futuristik hotel dan mall di Macau (ya iyalah!) salah satu atraksi yang terkenal: screen raksasa dengan imaji putri duyung menyelam di dasar laut. Keren lah pokoknya.

Mermaid, mermaid on the screen...


Ramainya kawasan Senado Square

Dasar musim liburan, Senado Square banjir pengunjung! Entah domestik, entah internasional, semua ada di sini. Psstt, Bang Jona membuat kehebohan lain di sini! Hahaha. Jadi kejadiannya, Bang Jona singgah di salah satu kios buah (mangga, kalau tak salah ingat) karena penasaran dengan bentuk buah-buahnya yang menarik. Sibuklah dia yekan megang buah-buah di pajangan, tiba-tiba...

"YA! NI XIANG CING XIONG CANG HUA HUY JI JA YAK!" - terjemahan: "Heh, lu olang jangan mencet-mencet buah dagangan ai! Tangan lu udah lusak-lusakin buah ai!" Ehm. Aku memang belajar Bahasa Mandarin 6 tahun, tapi omongan Oma Penjual Mangga di Macau itu masih menjadi misteri hingga kini. Kami tidak yakin apa yang dia permasalahkan, tapi karena sudah terlanjur malu diteriaki seperti itu, kami putuskan untuk tidak lama-lama di sana. Bang Jona dengan sigap memberi sejumlah uang dan meminta buah yang tadi dipegangnya untuk dibungkuskan. Padahal kan bisa aja ya, si Oma cuma ngomong: "Eh elu ganteng banget nak, sini mau ai kawinin sama cucu pelawan ai!"

Bangunan-bangunannya ciamik!

Facade alias bagian depan bangunan yang selalu jadi primadona background berfoto

Singkat cerita, selfie di St. Paul's Ruins juga butuh perjuangan. Sambil menunggu jumlah pengunjung berkurang, aku dan Kak Yola jajan Portuguese egg tart. INI ENAK BANGET, KAWAN. Bener deh. Kalau saja waktu itu aku tidak 'miskin', pasti kubeli cemilan ini sekardus buat bekal setahun di Jakarta. Makan ini sambil berdiri di depan ratusan wisatawan, kami nggak peduli betapa belepotan wajah ini. Yang penting, NIKMAT. Ah, masih ingat mata uang MOP alias Pataca yang kusebutkan di awal post? Berkat beli egg tart aku jadi bisa punya koin unik satu ini, yayy! Koleksi nambah deh ;)

Sisa-sisa altar gereja St. Paul yang bisa kita temui di bagian belakang facade

Gara-gara saling tunggu di Senado Square karena tidak jalan berombongan, kami pun kemalaman tiba di pelabuhan. Kami jadi kebagian tiket feri yang termalam, dan menunggu di sepanjang trotoar di luar pelabuhan kayak orang tak berpengharapan. Luar biasa memang trip perdana ke luar negeri. Banyak kisah sedih dan senang. Banyak oleh-oleh berupa cerita yang bisa dibawa pulang.

Senado Square

Puji Tuhan dikasih view yang memukau saat mengantri di pelabuhan: sunset!

Sepanjang trip di Macau ini, aku berkali-kali merutuki diri sendiri yang tidak melakukan banyak riset tentang kunjungan kesini. Aku memang tidak begitu berapi-api mengunjungi Macau, beda dengan Kak Yola. Tapi sebenarnya tetap penting untuk tahu apa-apa saja lokasi wisata yang layak dikunjugi, dan yang terpenting... transportasi! Jika saja kami ada riset kecil-kecilan terlebih dahulu, pasti tidak akan se-'heppot' ini bertualang di Macau, hahaha, kocak.

***

click the link below to read the trip review of:

0 testimonial:

Post a Comment